Do'a yang ku selipkan dibarat alun-alun kota.



Berbaring, menatap langit-langit kamar. Aku mencoba memutar beberapa lagu dan ku dengarkan melalui headset, salah satunya Unknown - I'll find a way, sebenarnya tujuanku masih sama seperti kemarin "menenangkan pikiran", masih ada yang membebani. Rasanya berat sangat berat. Yang ku pertanyakan, siapa yang ingin mendengarkan keluhanku, mengizinkan aku menangis sejenak dipundaknya saat ini? Yang dulu selalu ada untukku kini mulai sibuk namun bukan berarti aku menyalahkannya karena sibuk. Tidak! Tidak sama sekali. Entahlah sibuk atau mungkin memang jengkel karena pernah ku kecewakan, aku merasa tak enak hati jadi aku memilih untuk tidak mengganggunya hari ini, padahal beribu candaan ku persiapkan untuk membuatnya bangkit kembali, sulit sekali membuatnya tertawa seperti dulu, namun aku tak menyerah! Tak ada kata terlambat selama masih mau mencoba, tapi keadaan yang Tuhan berikan berbeda, Tuhan ingin aku belajar untuk tak lagi mengecewakan oranglain dilain waktu :') mampukan aku Tuhan. Amin.

Semua memang salahku dari awal, beribu maaf ingin aku katakan. Dan bahkan itu mungkin tak cukup membayar kekecewaan yang ia terima. Tuhan, apa yang harus aku lakukan? (Aku) tentu sakit membuat orang lain kecewa. Tapi tetap saja, yang ku kecewakan pasti lebih sakit bila dibandingkan dengan yang aku rasakan. Aku tak tahu harus berbuat apa selain tetap bertahan :')
Ku beri tahu satu hal,
"Beginilah wanita, saat merasa bersalah ia bisa berlarut-larut memikirkan kesalahannya, seperti tak ada habisnya meski telah dimaafkan."

Suasana alun-alun kota sore hari kemarin masih melekat begitu erat aku rasakan, dengan cuaca langit yang sedikit mendung saat itu, pemandangan beberapa anak kecil sedang asik bermain scooter yang  disewakan di sekitar alun-alun, juga beberapa pasang kekasih sedang santai menikmati suasana sore alun-alun kota saat itu.

"Fyuuuh..." Aku menghela nafas lalu tersenyum kecil.

Beginikah suasana alun-alun kota sore hari? Damai. Jujur saja ini pertama kali-nya aku menginjakkan kaki ke sini seorang diri setelah 3 tahun menetap dikota sejuk ini, Blitar. Bahkan aku datang dengan perasaan galau hehe, permulaan yang menyedihkan bukan? Tapi tempat ini dengan senang hati menyambutku, dia dengan sigap mencoba mengobati ke-galau-an-ku. Aku tersenyum kecil. Lalu aku mencari tempat untuk duduk santai menikmati suasana sore itu, aku menatap langit lagi, mendung mungkin lebih mendung dari sebelumnya dan mungkin hujan akan segera turun dan aku tak peduli soal deras atau tidaknya, yang jelas aku ingin semuanya tenang. Aku tak habis pikir akan se-galau ini, galau yang menurutku tak biasa bahkan membuatku hampir gila. Bagi banyak orang, mungkin ini terlalu lebay (berlebihan). Tapi menurutku ini wajar, selama aku tak melewati ambang batas yang ada, bahkan mungkin merugikan oranglain. Ku tatap (menara) Masjid yang terletak dibarat alun-alun, ku tatap lebih dalam. Aku menangis saat itu, tak ku pungkiri aku benar-benar sedang terluka, bukan karena oranglain melainkan terluka karena diriku sendiri. Mungkin aku terlalu berlebihan menyayangi seseorang, memang yang berlebihan selalu menyakitkan bukan? Hehe yap, aku merasakan itu semua saat ini. Aku tak ingin terlihat menangis saat menulis ini, jadi aku mencoba menyelipkan kata "Hehe" didalamnya, anggap aku tak menangis. Hm, semua ini benar-benar membuat sekujur tubuhku kesakitan luar biasa. Luar maupun dalam mungkin terasa sama.
Aku... Tak ingin lagi membuat ia khawatir, bagiku membuatnya khawatir sama saja seperti menyiksanya. Aku takut mengecewakannya untuk kedua kali. Sangat takut. Dia selalu bertanya mengapa aku seperti ini, namun aku hanya bisa menjawab "Aku tak tahu, semua terjadi begitu saja. Saat kau kesakitan, aku bahkan bisa lebih kesakitan..." hanya itu. Sebenarnya masih ada yang ingin aku katakan "...aku bahkan bisa lebih kesakitan... Karena melihatmu kesakitan, aku lelah melihatmu disakiti oleh orang yang tak pantas menyakitimu".

Masih pada posisi aku menatap menara Masjid, aku menutup mata sejenak saat itu dan mulai berdo'a. Hanya dalam hati.

"Tuhan, terimakasih telah mempertemukan aku dengan ia yang tampan akhlak juga hatinya. Lindungi dimanapun ia berada, jikalau ia kesakitan, redakan sakitnya saat aku tak sedang bersamanya. Tapi, mampukan aku untuk selalu ada untuknya, tanpa meninggalkannya, selalu. Beri ia kekuatan saat kekuatanku berbicara tak mampu lagi membuatnya bangkit dari keterpurukannya. Dimanapun ia berada buat ia selalu tersenyum, sama seperti ia selalu berusaha membuat aku tersenyum walau didalam keterpurukannya sekali pun. Berikan ia seseorang yang menyayanginya begitu tulus secepat mungkin, bukankah Engkau mempertemukan ia dengan yang salah sebelum bertemu dengan tepat? Pertemukan ia dengan yang tepat secepat mungkin Tuhan. Amin. Maafkan aku yang terlalu berlebihan padanya, hingga menyiksa diriku sendiri bahkan membuatnya tersiksa dengan yang aku lakukan, jadikan air mataku sebagai do'a tersembunyi yang hanya Engkau yang tahu dan membuat ia tersenyum dimanapun ia berada. Amin."

Terimakasih telah percaya padaku, dan membuatku tersenyum sepanjang hari. Maaf jika pernah menyusahkan dan membuatmu khawatir. Lihatlah, aku sedang berusaha untuk tidak membuatmu seperti itu lagi, aku akan berusaha semampuku untuk tak lagi menutupi hal yang akan membuatmu khawatir :)
Biarkan aku mencobanya, aku pasti bisa. Karena kau selalu berkata "Pasti bisa!".

Terimakasih, selalu ada untukku.

With love,
Asna.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar