Memaafkan:)

Katanya, memaafkan adalah memberi sedikit ruang pada rasa benci. Aku rasa itu benar adanya, agar ruangan yang penuh itu tak menyesakkan orang yang ada didalamnya maka dibuatkanlah jendela untuk memberi sedikit ruang untuk bernapas.
Ku pandangi langit yang mulai gelap bersamaan dengan datangnya awan kelam (Hitam) siang itu, lalu segera saja ku tujukan pandanganku pada sosok lelaki yang sejak tadi berjongkok dihadapanku, sepertinya kakinya mulai lelah menjongkok. Sebut saja dia -A-.
"-A-, kenapa kau masih disini?" Tanyaku pelan seiring menghancurkan suasana antara aku dan dia yang sejak tadi begitu hening tanpa suara.
"Aku menunggumu..." Jawabnya sambil memainkan tangannya.
"Untuk apa? Pulang-lah, langit mulai gelap..." Aku mencoba menyuruhnya segera pulang karena langit mulai gelap, mungkin akan segera turun hujan.
"Sebentar lagi" Jawabnya sambil menolehkan kepalanya yang sejak-tadi ia tutup dengan topi almamater sekolah ke arah langit.
Suasana hening kembali, aku tak tahu harus membicarakan topik apa dengannya siang itu. Pikiranku begitu kacau, karena memory handphone-ku hilang akibat ketidaksengajaan -A- lupa meletakkan. Ini kali pertama aku kehilangan barang yang tak pernah lepas dari kesehariaanku selama ini. Aku sedikit kecewa padanya saat itu,aku ingin marah tapi ku coba kendalikan segalanya, karena aku sadar ini bukan ke-sengaja-an tapi adalah ke-tidak-sengaja-an, tak Da manusia yang tak luput dari salah, aku paham itu. Aku mencoba memahami lagi semuanya dalam diam siang itu.
Berkali-kali aku mencoba menyuruhnya agar segera pulang, tapi dia tetap tak bergegas untuk pulang. Hanya kalimat "Sebentar lagi" yang terus ku dengar di akhir perbincangan singkat itu.
Tak tahu apa yang membuatku begitu kasihan padanya, dia berjongkok di hadapanku sejak tadi, bahkan dapat terhitung puluhan menit ia telah berjongkok, tidak-kah itu melelahkan?
*-Pulanglah, sebentar lagi akan turun hujan... (Aku terus mengatakan itu dalam hati)
Aku mencoba mengahapus airmataku akibat hilangnya memory handphone-ku, agar ia tak lagi tak-enak-hati padaku. Ku putuskan untuk mencari memory itu sendiri siang itu, karena ku rasa aku sadar jika "tak masalah barang itu tak lagi ku temukan. Jika (itu) masih milikku (itu) pasti akan kembali, tapi jika memang (itu) tak lagi milikku semoga (itu) bermanfaat bagi orang yang nantinya menemukan".
Dengan sedikit gerakkan basa-basi, akhirnya dia berdiri dan pamit padaku untuk pulang. Aku hanya menoleh ke arahnya tanpa memandang wajahnya, aku tahu dia memandangku sepanjang langkahnya meninggalkan posisiku. Aku begitu lega karena dia segera pulang.
21/06/2012
Aku tak benar-benar marah padamu kemarin, sungguh. Aku menyadari tak ada manusia yang tak luput dari salah. Aku telah memaafkanmu:)
Terimakasih telah menungguku kemarin. Maaf merepotkan.
With love,
Asna.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar