Cerita ini masih tentangmu.

Aku selalu mengingat hari pertama ketika bertemu denganmu. Karena, itu adalah hari terbaik dalam hidupku. Tak ada senyum sapa awal, yang ada hanya sepasang mata asing yang bertemu sebentar lalu berlalu. Aku mengingat dengan jelas bagaimana kamu saat itu, dengan baju kokomu berwana biru polos, berdiri disebelah tiang masjid entah dari mana, mungkin dari kamar pondokmu tepat didekat masjid sekitar situ. Baju koko biru yang kamu kenakan beserta sarung berkain jatuh yang tertata begitu rapi dikakimu, juga kopyah hitam yang polos benar-benar menambah ketampananmu, subhanallah.
Beberapa hari kedepan dihari terakhir diwaktu sore menjelang malam sebelum hari kepulangan; setelah kegiatan shalat tarawih dan pengajian selesai, aku sengaja tetap tinggal sebentar dan tidak terburu-buru kembali kekamar, yang lainpun sama. Sepertinya, mereka menikmati malam terakhir dipondok ini, berjajan ria dikantin juga pedagang berjalan disekitar masjid dan tertawa karena suatu hal yang entahlah, aku tak peduli hehe yang jelas mereka begitu terlihat bahagia malam itu dan tidak terkecuali; aku merasakan yang sama. Saat semuanya sibuk dengan bahagia mereka masing-masing, tidak denganku. Aku mencari-cari keberadaanmu dari jarak yang mungkin tidak kamu tau mas, Gotcha! Aku mendapati sosokmu! Kamu juga tak kalah terlihat bahagia seperti yang lainnya, kamu sedang tertawa kecil karena sesuatu yang entah tidak ku tau itu apa, tertawa bersama teman-temanmu. Iya, sejak itu aku mulai mengagumi sosokmu.

Kesederhanaan yang kulihat begitu tak biasa. Aku juga begitu menyukai tatapan juga senyummu, tulus. Aku berharap bisa menikmati keduanya suatu hari nanti. :')

Aku tak bisa menjelaskan rasa apa ini? Kagum? Suka? Fans? Yang bisa menjelaskan ini semua hanyalah rasa sesudah yang aku rasakan ini. Aku berharap kamu tau ada yang tak pernah lelah mendo'akanmu disetiap sujud terakhirnya, meski tak tau namamu namun satu yang selalu ia maksud dalam tiap ucapnya adalah kamu, hingga akhirnya bahagia kecil yang ia temukan saat inilah mengetahui namamu dan bisa memperhatikanmu dari jarak yang tak pernah kamu tau :')
Betapa aku bersyukur, Tuhan menjatuhkan hatiku padamu mas, untuk kedepannya, aku pun tak tau. Dalam beberapa puluh hari kedepan sebelum kita berpisah, aku mungkin hanya bisa menikmati senyummu dari jarak tertentu, tanpa bisa benar-benar bertatap muka dan berbincang tentang hal-hal penting pun tak penting seperti teman-temanmu. Hehe aku begitu iri pada teman-temanmu. Andainya aku adalah bagian dari mereka :') Bahkan menyapamu pun aku takut, mas. Maaf karena aku kalah dengan rasa takutku. Ada banyak hal yang ingin ku bagi denganmu mas, termasuk perasaanku yang masih rancu ini padamu.

Gandusari, 2 November 2013
- Asna Mufidah

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar