Secret Admirer Letter


Ketakutanku membesar beberapa hari terakhir, lalu berkurang dan netral seperti biasa; seperti tak pernah terjadi apa-apa. Aku takut untuk sekedar mengatakan kejatuhcintaanku padamu. Aku takut kamu menjauh setelah aku mengatakan semuanya. Dan cara yang kulakukan sementara waktu adalah menggali informasi dengan orang-orang disekitarku, bertanya dengan percaya diri tentang "Apa tanggapanmu tentang perempuan yang menyatakan perasaannya duluan? Wajar gak sih" dan kesimpulan yang ku ambil dari setiap jawaban mereka adalah kewajaran bahwa setiap manusia itu sama, laki-laki pun perempuan. Tak ada yang salah perihal perempuan menyatakan perasaannya terlebih dahulu, namun yang terpenting adalah tetap menjaga harga diri, mengungkapkan apa adanya tanpa dipaksa berlebihan dan komitmen diawal pun sama pentingnya seperti "Aku hanya ingin menyatakan, bukan ingin dia menjadi pasanganku. Oke jangan berharap lebih, Na.". Tapi kenapa aku masih sulit mewujudkan tuntutan hatiku? Tuntutan yang benar-benar menyiksaku berhari-hari tanpa kamu tau. Tuntutan yang benar ingin segera kuselesaikan. So, aku menyalahkanmu karena ini? Tidak, tidak sama sekali mas :)

Apa kamu tau, seberapa beratnya lidahku bergerak untuk memanggil namamu dan menyapamu; hanya dengan kata "hai mas *?", betapa sebenarnya aku ingin, namun lagi-lagi masih karena mentalku yang ciut, aku melewatkan kesempatan untuk bisa lebih mengenalmu. 

Aku tak pernah tau akan sebegininya saat hatiku memilih kamu menjadi pengisi kekosongannya. Berawal dari sebuah ketidaksengajaan mata kita bertemu di bulan Ramadhan; tepatnya saat hari ke dua kegiatan Pondok Pesantren sekolah bulan Juli yang lalu. Kamu tau apa yang aku pikirkan tentangmu saat itu? Tatapan matamu tenang mas. Sejak itu aku antusias untuk mulai memperhatikanmu juga mencari tau siapa kamu dan siapa namamu tanpa kamu tau, hehe hingga pada waktu ini pun masih sama. Ceritanya begitu panjang, seandainya bisa, aku ingin membagi cerita ini bersamamu suatu hari nanti mas, saat waktunya. Kapan? Mungkin saat aku telah berani mengungkapkan kejatuhcintaanku padamu.

Mungkin aku akan mundur menjadi pengagum rahasiamu suatu hari nanti saat aku telah kalah dengan perasaan takutku. Mungkin bukan rahasia lagi ya? Mungkin kamu menyadari perhatianku selama beberapa bulan terakhir, namun berusaha tak peduli. Dan untuk beberapa puluh hari kedepan sebelum kita pisah atas sebutan "kelulusan", aku ingin selalu melihat kamu tersenyum, dan sukses atas semua tugas juga kerjakerasmu mas. Kalau suatu hari sebelum hari itu tiba dan Tuhan memberiku kesempatan dan memberanikanku, tolong izinkan aku mengatakan segala tentang kejatuhcintaanku padamu. Aku masih belum mengerti dan tau bagaimana keberanian itu akan datang, entah itu atas campur tangan-Nya atau usahaku memberanikan sebaik-baiknya mentalku.

Aku tak pernah lupa untuk selalu membawa namamu disujud terakhirku. Aku selalu mendo'akan yang terbaik untukmu mas, berbahagialah. Sesederhana itu, aku pun akan sama bahagia sepertimu.


Gandusari, 28 Oktober 2013
- Asna Mufidah

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar