Selamat hari Ibu, Ma.



Blitar, 22 Desember 2013
08.16

Selamat hari Ibu.

Entah dengan cara seperti apa melawan rasa malu yang terlalu hanya untuk mengucapkan tiga kata sederhana itu. Kesiapan seperti apa yang dibutuhkan untuk mengatakan ini pada Mama? Bahkan ketika mengucapkan maaf pun aku kalah dengan perasaan malu. Iya, semua hanya tentang malu pada Mama untuk mengatakan kalimat sederhana itu.



Alhamdulillah, ini sudah ke tahun ke tujuh-belas masih terus bersama Mama. Semoga Allah membiarkan kebersamaan ini lebih lama, ma. Iya harus lebih lama, sampai diwaktu aku bisa membuat Mama bahagia dan tersenyum lega kelak. Iya, semoga Mama selalu dalam lindungan-Nya dan semoga Allah memberiku waktu lebih lama untuk bisa mencium punggung tanganmu dengan sempurna setiap harinya, entah itu saat aku pamit untuk pergi ke suatu tempat atau dimanapun dan untuk alasan apapun. Punggung tanganmu adalah restu, Ma.

Aku selalu saja ingat bagaimana cara Mama menegurku untuk tidak boleh seperti ini dan itu. "Selalu menuruti keinginanmu, akan membuat Mama kewalahan seorang diri kelak, nak." itu yang pernah Mama bilang, saat kebiasaan 'enteng' terus-menerus akan membawa dampak yang buruk sewaktu akan hidup mandiri kelak. Dan pada akhirnya, lewat cara itu Mama membiasakanku untuk berusaha dulu bila menginginkan sesuatu untuk didapatkan. Hehe seperti jika menginginkan tas baru, aku harus belajar yang giat untuk mendapatkan itu. "Kalau hasilnya tidak maksimal, coba lagi."

Dan satu pesan Mama yang paling mendalam untuk ku ingat :
"Setinggi-tingginya pendidikan seorang wanita, kelak dia tetap harus turun ke dapur dan merawat suami juga anaknya, nak."

Semoga Allah selalu menuntunku ke sana; menuju puncak tertinggi dari kebahagiaan Mama. Amin yarobbalalamin.

Sekali lagi selamat hari Ibu! Aku sayang Mama, selalu.

Salam sayang,

Anakmu.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar